“Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf:108).

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Ummat

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Yang Tegar Di Jalan Dakwah

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Selasa, 03 April 2012

NILAI WAKTU BAGI SEORANG MUSLIM

Waktu dalam perspektif Islam termasuk diantara perkara yang mendapat perhatian besar. Nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah banyak menjelaskan tentang keutamaan waktu. Ketika menerangkan tentang nikmat-nikmat yang Allah SWT. tundukkan bagi manusia, waktu termasuk diantara nikmat tersebut. Allah SWT berfirman:
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ. وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ .
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim: 33-34).
Allah SWT. juga seringkali bersumpah dengan bagian-bagian waktu, seperti waktu malam, waktu siang, shubuh, dhuha, ashar, dan lainnya. Para mufassirin (ahlli tafsir) berpendapat, bahwa jika Allah SWT. bersumpah dengan suatu hal, maka itu menandakan betapa penting hal tersebut, dan berarti bahwa Allah SWT. sedang mengarahkan perhatian Umat Islam terhadapnya. Allah SWT. berfirman:
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى . وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى.
Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang”. (QS. Al-Lail: 1-2).
وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Artinya: “Demi waktu fajar. Dan malam yang sepuluh”. (Al-Fajr: 1-2).
وَالضُّحَى. وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى
Artinya: “Demi waktu Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik). Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)”. (Adh-Dhuha: 1-2).
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian”. (Al-‘Ashr: 1-2).
Rasulullah Saw. dalam sabdanya pernah menerangkan tentang empat pertanyaan inti yang diarahkan kepada manusia nanti di Akhirat, dan dua diantara empat pertanyaan tersebut adalah waktu. Dari Muadz bin Jabal, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Kedua kaki seorang hamba tidak akan tergelincir ke dalam Neraka sampai ditanya tentang empat hal: tentang umurnya bagaimana dia habiskan, tentang masa mudanya bagaimana dilewati, tentang hartanya darimana dihasilkan dan kemana ia salurkan, tentang ilmunya apakah ia amalkan. (HR. Tabrani dan Bazzar dengan redaksi serupa). Umur dan masa muda adalah dua diantara empat pertanyaan inti di Akhirat nanti.
Tabiat Waktu
Diantara tabiat waktu, sebagaimana diulas oleh Syekh DR. Yusuf Al-Qaradhawi sebagai berikut:
   Pertama, waktu cepat berlalu. Jika seseorang coba merenungi tentang waktu yang sudah ia lewati. Siapa yang berumur dua puluh tahun, tiga puluh tahun, empat puluh tahun, lima puluh tahun dan seterusnya, ia akan merasakan betapa cepat waktu puluhan tahun itu berlalu. Al-Qur’an juga menegaskan hal itu ketika ia menggambarkan diantara fenomena hari kebangkitan nanti. Allah SWT. berfirman:
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nazi’at: 46).
Dalam ayat lain:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَة مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk. (QS. Yunus: 45).
   Kedua, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Setiap tahun yang telah berlalu, bulan yang lalu, pekan yang lalu, bahkan menit yang lalu, tidak mungkin bisa dikembalikan sekarang. Inilah yang pernah disampaikan olah Imam Hasan Basri: “Tidak ada satu haripun yang menampakkan fajarnya kecuali ia akan menyeru “Wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi saksi atas amalmu, maka carilah bekal dariku, karena jika aku telah berlalu aku tidak akan kembali lagi hingga Hari Kiamat.” Itu adalah perkataan Imam Hasan Basri, bukan sabda Rasul Saw. Namun lantaran sangat bernilai perkataan itu, Imam Ali Zainal Abidin mengomentari bahwa: “Perkataannya mirip perkataan para Nabi.”
Tabiat waktu yang ketiga adalah waktu merupakan aset paling berharga. Ketika waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kembali dan tidak bisa tergantikan, maka waktu adalah aset yang paling mahal bagi manusia. Dan mahalnya nilai sebuah waktu lantaran ia adalah wadah bagi setiap amal dan produktivitas. Waktu adalah modal utama bagi individu maupun masyarakat. Imam Hasan Basri pernah berkata: “Saya melihat ada segolongan manusia yang memberikan perhatian kepada waktu lebih daripada perhatian kalian terhadap dirham dan dinar”.
Waktu tidak bisa dihargai dengan uang, seperti kata pepatah. Karena waktu lebih berharga dari uang, lebih berharga dari emas, harta dan kekayaan. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Karena kehidupan bagi seseorang adalah waktu dan detik-detik yang dijalaninya mulai ia lahir hingga wafat kemudian.
Secara Optimal dan Seimbang
Setelah kita mengetahui nilai dan tabiat waktu, maka apa yang harus kita lakukan adalah menggunakannya secara baik dan optimal. Seorang Muslim dituntut mengisi waktu dengan penuh kesadaran dan keterarahan. Waktu tidak dilewati dengan kesia-siaan. Dan begitulah seharusnya sifat seorang Muslim. Rasulullah Saw. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.:
مِنْ حُسْن إِسْلَام الْمَرْء تَرْكه مَا لَا يَعْنِيه
Diantara baiknya keislaman seseorang adalah ketika ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya”. (HR. Ahmad, Tarmidzi dan Ibnu Majah). Para Salaf Saleh juga berkata: “Diantara tanda datangnya kemurkaan adalah sikap menyia-nyiakan waktu”.
Seorang Muslim dituntut mengisi waktu-waktunya dengan amal yang bermanfaat baik amal yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Amal yang bersifat duniawipun bisa menjadi ibadah bahkan jihad jika memang diniatkan ikhlas karena Allah dan dilakukan sesuai dengan ajaran Islam. Bila ada waktu luang, setiap Muslim dituntut untuk mengisinya dengan amal kebaikan. Karena waktu luang merupakan nikmat yang sering dilupakan dan tidak disadari oleh kebanyakan manusia. Manusia sering tertipu lantaran waktu luang. Rasulullah Saw. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ
“Dua nikmat dimana banyak manusia yang tertipu; nikmat kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari).
Nikmat waktu luang bisa menjadi ancaman bagi seseorang bila tidak diisi dengan amal kebaikan. Karena waktu luang itu pada akhirnya nanti akan diisi dengan salah satu diantara dua, positif atau negatif.  Syekh Abdullah Azzam pernah berkata:
إن لم تشغل نفسك بالكبائر شغلتها الصغائر
“Jika Anda tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang besar, maka ia akan disibukkan dengan hal-hal yang remeh”.
Sesungguhnya amal kebaikan yang harus dipenuhi seorang Muslim begitu banyak, karena itu setiap Muslim harus mengisi waktu mereka dengan amal kebaikan tersebut secara optimal. Dalam hadits Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. kita bisa memahami tentang banyaknya jumlah sedekah yang seyogyanya dipenuhi oleh seorang Muslim setiap hari. “Setiap siku dan anggota tubuh manusia dibebankan sedekah atasnya pada setiap hari. Mendamaikan antara dua orang secara adil adalah sedekah, membantu orang lain untuk naik ke atas kudanya atau mengangkat barang bawaannya adalah sedekah, pekataan yang baik juga sedekah, setiap langkah menuju Masjid juga sedekah, dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan juga sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Shahih Muslim disebutkan jumlah siku dan anggota tubuh yang dimaksud ada tiga ratus enam puluh. Jadi semuanya harus dikeluarkan sedekahnya dengan bentuk amal kebaikan seperti dicontohkan dalam hadits.
Dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Amr, Rasulullah Saw. juga menjelaskan serangkaian hak-hak yang harus dipenuhi olehnya. Dan dari hadits tersebut kita bisa memahami tentang banyaknya tugas dan amal seorang Muslim. Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah Saw. berkata padaku: “Wahai Abdullah, Aku pernah diberitakan tentang dirimu yang selalu melakukan puasa pada setiap siang dan selalu melakukan shalat malam, benarkah? Maka aku menjawab: Benar wahai Rasulullah. Rasulullah bersabda: “Jangan lakukan itu, puasalah dan berbukalah, shalat malam dan tidurlah, karena  tubuhmu punya hak atasmu, matamu punya hak, isterimu punya hak, dan tamumu juga punya hak”. (HR. Bukhari). Ada sejumlah hak yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim. Ada hak untuk Tuhannya, hak untuk dirinya, untuk anak dan isterinya, untuk tetangganya, untuk masyarakatnya, dan seterusnya. Demikian Rasulullah menjelaskan banyaknya tugas dan hak-hak yang harus dipenuhi seorang Muslim. Karena itu seorang Ulama pembaharu terkemuka berkata: “Tugas dan kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia”.Wallahu a’lam.
Sumber:http://www.ikadi.or.id

KERISAUAN KHALID BIN WALIB SEBELUM WAFAT

Saudaraku..
Siapa di antara kita yang tak mengenal Khalid bin Walid ra. Panglima besar kaum muslimin di masa Nabi saw dan dua khalifah sesudahnya; Abu Bakar dan Umar ra. Semua peperangan yang ia pimpin, dapat meraih kemenangan dengan izin Allah Swt. Segudang prestasi kepahlawanan mampu dia torehkan dalam hidupnya.
Di masa Umar ra, bahkan popularitas Khalid melebihi sang khalifah. Sehingga wajar jika seorang ibu yang sedang menimang-nimang anaknya ia berucap, “Jadilah kamu seperti Khalid.”
Umar ra melihat fenomena ini merupakan penyakit berbahaya yang harus segera diterapi. Tiada pengkultusan kepada seseorang sehebat apa pun dirinya. Sehingga di sebuah peperangan, Umar ra mencopot Khalid dari jabatan panglima perang dan menggantinya dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Hal ini dilakukannya untuk menyelamatkan umat agar tidak mengkultuskan Khalid. Tentu Umar tidak mengganti sosok Khalid dengan sahabat biasa. Tapi dia adalah sahabat yang luar biasa. Di mana Rasul saw pernah menggelarinya dengan “Aminu hadzihil ummah” kepercayaan umat ini.
Dan benarlah tak lama setelah itu Abu Ubaidah menjadi idola baru bagi umat. Semua peperangan yang dikendalikannya mengalami kemenangan besar.
Saudaraku..
Dalam bukunya “Tharaif wa mawaqif min at tarikh al Islami”, Hasan Zakaria Falaifil pernah menulis;
Khalid bin Walid ra wafat tahun 21 H, dalam usia kurang dari 55 tahun. Menjelang wafat ada hal yang merisaukan hatinya.
Apa yang merisaukannya saudaraku?
Ia terkenang dengan anak-anaknya yang berjumlah 40 orang yang tidak menemaninya kala itu. Seluruhnya menghadap Allah swt di masa hidupnya karena terjangkit penyakit kolera. Ia tidak melihat apapun di rumahnya, selain kudanya, budak laki-lakinya dan peralatan perangnya.
Setelah mendengar kabar ini, Umar ra bertutur, “Sungguh ia benar-benar pejuang sejati yang menggetarkan musuh. Ia seorang panglima perang yang tangguh.”
Saudaraku..
Dalam hidup pasti kita pernah risau. Ada yang bernuansa positif dan tidak sedikit yang bermuatan negatif. Dan justru risau itu menandakan bahwa detak jatung kehidupan kita masih ada.
Apa yang dirasakan Khalid dari rasa sepi ditinggal pergi oleh orang-orang dekat; istri dan anak-anaknya merupakan bentuk risau yang positif. Terlebih detik-detik di ambang kematian, adalah satu keadaan yang sangat mendambakan kehadiran mereka. Juga terbayang di benak sahabat ini, setelah kepergiannya maka para kekasihnya tak dapat memandikan, menyalatkan jenazahnya dan memakamkannya.
Dan yang paling merisaukannya adalah bahwa cita-cita hidupnya meraih mati syahid di medan perang tak terwujud di alam realita.
Saudaraku..
Buah pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini adalah:
• Risau yang memotivasi kita untuk selalu mengukir prestasi mulia di hadapan-Nya adalah warna risau yang terpuji. Kita risau dengan status belum terdaftar di KUA pada usia lebih dari 25 tahun, adalah risau yang positif. Karena hal itu akan memupuk semangat kita untuk menyempurnakan agama sesegera mungkin. Risau karena belum mampu menyelesaikan hafalan al Qur’an di usia 38 tahun. Itu juga merupakan warna risau yang mulia. Sebab ia dapat menjaga semangat agar tak luntur untuk menghafal kalamullah. Tapi jika kita risau lantaran gagal membangun menara bisnis, atau terjatuh dari puncak popularitas, atau cinta terhadap lawan jenis yang tak bersambut dan seterusnya yang menyebabkan kita meratap dan terpuruk dalam kesedihan yang berkepanjangan. Maka hal itu sudah barang tentu masuk dalam bab putus asa dari rahmat Allah Swt, yang merupakan bibit dari kekufuran.
• Para sahabat, rata-rata memiliki banyak keturunan. Jika Khalid bin Walid ra memiliki 40 anak, maka Anas bin Malik lebih banyak dari itu. Disebutkan bahwa anak cucunya yang berkumpul saat khataman al Qur’an di rumahnya lebih dari 100 orang.
• Anak adalah investasi bagi orang tua. Baik di dunia maupun di akherat. Itu artinya semakin banyak kita memiliki keturunan, semakin banyak pula investasi kita. Terlebih Nabi saw pernah memberikan garansi, bahwa siapa yang memiliki tiga orang puteri. Ia berikan sandang, pangan dan mendidiknya dengan baik, maka ia akan terhalang dari sengatan api neraka, sebagaimana yang tersebut dalam riwayat Ibnu Majah. Maka sungguh ironi jika ada orang yang cukup dan bahkan bangga dapat membatasi anak keturunannya dengan dua anak saja.
• Membiasakan diri untuk memberikan penghargaan, pujian, kesaksian yang baik terhadap orang yang shalih, menularkan keshalihan kepada orang lain, berjuang di jalan Allah dan berkiprah untuk melayani umat. Baik di masa hidupnya atau sepeninggalnya. Seperti perkataan Umar ra perihal Khalid bin Walid ra.
• Memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh agar tak terjangkit penyakit menular dan berbahaya semisal kolera dan seterusnya.
• Bersilaturahim kepada orang-orang shalih, terutama generasi terbaik umat ini yakni para sahabat. Hal ini terwujud dengan menelusuri sirah mereka. Karena dengan membaca sirah mereka seolah-olah kita telah berkunjung dan bertatap muka dengan mereka.
Saudaraku..
Apa yang membuat kita risau hari ini? Wallahu a’lam bishawab.
Sumber: Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

5 KARAKTER ORANG YANG BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT

Saudaraku, apakah kita termasuk orang yang berbahagia di dunia dan beruntung di akherat kelak?
Ibnul Qayyim rahimahullah, berbagi ilmunya untuk kita mengenai parameter orang yang bahagia dunia akherat, di antara tanda-tanda adalah:
1. Semakin bertambah ilmunya, semakin bertambah pula tawadhu’ dan rahmatnya terhadap orang-orang di sekitarnya.
2. Semakin bertambah amalnya, semakin bertambah pula rasa takut (terhadap azab-Nya) dan waspada (terhadap bisikan hawa nafsunya).
3. Semakin bertambah usianya, semakin berkurang rasa cinta dunianya.
4. Semakin bertambah hartanya, semakin besar pula ia berderma dan memberi kepada sesama.
5. Semakin tinggi martabat dan kedudukannya, semakin bertambahpula kedekatannya dengan masyarakat, memenuhi kebutuhan mereka dan rendah hati terhadap mereka.
Sudahkah kita termasuk orang-orang yang bahagia di dunia fana ini dan akan meraih keberuntungan di akherat?
Wallahu ‘alam bishawab.

Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far

ISLAM KAFFAH

Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya” (QS. Al-Baqarah: 208).
Terkait dengan “Islam Kaffah” terkadang memunculkan isykal (problem pemahaman) pada sebagian orang, hal ini dikarenakan agama Islam memiliki 5 hukum, yaitu: wajib, sunnat, mubah, makruh dan haram, lalu bagaimana implementasi dari ke-kaffah-an ke-lima hukum ini?
Maksud ayat secara global adalah orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah SWT agar masuk ke dalam Islam secara keseluruhan atau totally, lalu:
1. Jika ajaran Islam berhukum wajib ‘ain, maka maksudnya adalah setiap muslim (‘ain) berkewajiban untuk melaksanakannya.
2. Jika ajaran Islam berhukum wajib kifa-i, maka maksudnya adalah setiap muslim berkewajiban untuk meyakininya sebagai kewajiban dan melaksanakannya jika status wajib kifa-i itu berkenaan dengan dirinya, atau, melaksanakannya sebagai bentuk “sukarela”-nya untuk memikul tanggung jawab wajib kifa-i meskipun – sebenarnya – tidak berkenaan dengan dirinya. Misalnya, seseorang yang mempunyai takhashshush (spesialisasi) seorang dokter, maka ia berkewajiban secara ‘aini untuk menjalankan perannya sebagai dokter, meskipun mempelajari kedokteran sendiri hukumnya fardhu kifayah, namun bisa saja dengan “sukarela” ia menambahkan spesialisasinya dengan mempelajari ilmu fiqih, walaupun untuk ilmu fiqih sudah ada yang mengisinya.
3. Jika ajaran Islam berhukum sunnat, maka maksudnya adalah setiap muslim meyakini hukum sunnat-nya, dan berkeinginan serta senang untuk melaksanakannya.
4. Jika ajaran Islam berhukum makruh, maka maksudnya adalah setiap muslim meyakini ke-makruh-annya dan berkeinginan serta merasa senang untuk meninggalkannya, juga hatinya tidak menyukainya.
5. Jika ajaran Islam berhukum haram, maka maksudnya adalah setiap muslim meyakini ke-haram-annya dan menghalangi dirinya agar tidak sampai melakukannya. Perlu diketahui bahwa secara bahasa haram bermakna menghalangi.
Wallahu a’lam.

SIAPAKAH KHAIRAT SYATIR?CALON PRESIDEN DARI IKHWANUL MUSLIMIN

Akhirnya Jamaah Ikhwanul Muslimin secara resmi mengumumkan pencalonan Khairat Syatir sebagai calon resmi dari Jamaah tersebut untuk ikut bersaing dalam pemilihan presiden pertama pasca tergulingnya Husni Mubarak yang akan digelar pada bulan Mei depan.

Pengumuman resmi langsung disampaikan oleh Mursyid Am jamaah; DR. Muhamad Badi, pada Sabtu lalu (31/3). Beliau mengatakan  bahwa Majelis Syura jamaah dan Majelis Pimpinan Pusat Partai Huriya wal Adalah (FJP) telah menetapkan Khairat Syatir sebagai calon presiden untuk bersaing pada pemilihan presiden mendatang.

Pengumuman ini dengan sendirinya mengundang perhatian besar dari berbagai kalangan. Selain karena Jamaah Ikhwanul Muslimin melalui partainya Huriyah wal Adalah (FJP) merupakan pemilik mayoritas kursi di parlemen, juga karena jamaah ini pada awalnya menyatakan bahwa mereka tidak akan mengajukan calon presiden dari internal jamaah. Hal mana membuat salah seorang tokoh seniornya Abdul Munim Abu Fatuh mengambil inisiatif pribadi dan mencalonkan diri untuk kursi presiden dan kemudian berujung pada pemecatan dirinya sebagai anggota jamaah karena melanggar keputusan jamaah.

Di sisi lain, keputusan Jamaah Ikhwanul Muslimin ditanggapi berbagai pihak dengan kekhawatiran  akan terpecahnya suara bagi calon presiden dari aktifis Islam, mengingat hingga kini sudah beredar tiga nama dari kalangan Islam, yaitu Abdul Munim Abu Fatuh, Hazim Shalah Abu Ismail dan Muhamad Salim Al-Awa.

Jamaah Ikhwan sendiri berargumen dengan keputusannya ini sebagai respon atas dinamika politik setelah mereka menangkap adanya pihak-pihak yang tengah berupaya menghalangi terwujudnya tujuan-tujuan revolusi, khususnya ingin mengembalikan rezim lama dalam tampuk kekuasaan.  

Ketua FJP, Muhamad Mirsi, mengatakan, "Berbagai problem  yang kini sedan terjadi di  Mesir, ditambah lagi adanya calon presiden yang diusung berasal dari rezim lama, memberikan andil bagi lahirnya keputusan capres dari Jamaah Ikhwanul Muslimin."

Sebagaimana diketahi bahwa belakangan ini beredar isu kemungkinan masuknya Umar Sulaiman, mantan Direktur Intelijen pada masa rezim Husni Mubarak dan wakilnya menjelang kejatuhannya, dalam ajang pemilihan presiden berikut.  

Siapa Khairat Syatir?

Khairat Syatir, kelahiran tahun 1950 terakhir kali menjabat sebagai wakil pertama Mursyid Am Jamaah Ikhwanul Muslimin. Pada masa Mursyid Am Mahmud Akif, beliau menjabat sebagai wakil kedua Mursyid Am. Dikenal sebagai kader militan jamaah dengan berbagai spesialisasi keahlian. Dia memiliki berbagai ijazah keahlian, di antaranya insinyur, manajemen bisnis, sastra Arab dan kajian Islam. Tapi belakangan dia lebih dikenal sebagai ekonom Islam dan menduduki jabatan komsisaris di beperapa perusahaan dan perbankan.

Perjuangan beliau bersama Jamaah Ikhwan sudah tidak diragukan lagi. Keluar masuk penjara sejak rezim Jamal Abdun-Nashir hingga Husni Mubarak karena aktifitasnya dalam jamaah. Selama kekuasaan Husni Mubarak, beliau tercatat telah 5 kali dipenjara yang jika digabungkan keseluruhannya mencapai masa 12 tahun. Bahkan penunjukannya sebagai wakil pertama Mursyid Am DR. Muhamad Badi adalah saat beliau berada dalam penjara.

Aljazeera.net menganggapnya sebagai penggerak atau dinamo jamaah, beliau juga penanggung jawab atas pengembangan jamaah dan komunikasi dengan pihak-pihak asing yang ingin mengetahui sikap jamaah pasca revolusi, khususnya di bidang ekonomi.

Namun, diluar pro kontra yang ada, dukungan mulai mengalir deras kepada Khairat Syatir. Puluhan ribu pengunjung langsung mendaftar, beberapa saat setelah akun resminya facebooknya resmi dibuka. Beberapa pihak sudah mengisyaratkan untuk mempertimbangkan Syatir sebagai calon yang mereka dukung, Di antaranya dari Jamaah Islamiyah. Partai An-Nur salafi, hingga kini juga sedang menggodok nama-nama yang secara resmi akan mereka dukung, dan nama syatir masuk dalam bursa tersebut.

Nadir Bakar, juru bicara FJP mengatakan bahwa kini sedang diadakan pembicaraan dengan berbagai kekuatan Islam  untuk memunculkan calon yang menjadi representasi Islam, agar suara Islam tidak terpecah-pecah.

Yang menarik, Sarah, puteri Khairat Syatir di harian Al-Ahram, mengomentari pencalonan bapaknya dengan komentar pendek, "Allahumma'jurnaa fii mushibbatina…. Wa inaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'un…. (Semoga Allah memberi pahala atas musibah yang menimpa kami, inna lillahi wa inna ilaihi raajiiun..)

(ikhwanonline, Aljazeera.net/ak)